Tragedi Karbala, dimana cucu Nabi yang tersayang Imam Hussein Ra. terbunuh sering kali dijadikan alat untuk menarik simpati dan pembenaran ajaran Syi’ah. Bila pernah hadir di perayaan Asyura’ kaum Syiah pasti akan terbawa hanyut oleh simpati dan air mata karena kisah karbala ini.
Seorang cucu Nabi yang wajahnya paling mirip dengan Rasulullah, manusia macam apa yang tega memenggal kepalanya. Mengepung 103 orang dengan 10.000 pasukan bersenjata lengkap, setelah 3 hari memutus aliran air sehingga mereka berperang dalam kehausan.
Laknatullah!. Tapi bila itu sudah takdir Allah, apa yg bisa kita perbuat?
Artikel ini hanya berbagi kisah sejarah setelah penelurusan saya, sembari berharap agar bisa menjadi hujjah atas kisah-kisah karbala yang banyak dipalsukan.
Wilayah kaum muslimin pada masa meninggalnya Muawiyah terbagi menjadi tiga. Kufah (Irak) basis Syiah, Damaskus Ibukota kerajaan dan Hejjaz yang termasuk didalamnya Mekkah dan Madinah.
Imam Syiah?
Benarkah Ali bin Abi Thalib Ra dan Hassan bin Ali Ra meridhoi terhadap ajaran Syiah yang mencaci maki sahabat. Benarkah mereka adalah imam Syiah dan pemimpin Syiah yang pertama?.
Tidak, setelah Tahkim pada perang Shiffin orang-orang yang mengaku Syiah malah menjauhi Ali bin Abi Thalib, bahkan ketika beliau wafat dan dimakamkan, beliau berwasiat agar kuburan beliau dirahasiakan karena takut pada fitnah Syiah ini.
Walhasil, sampai sekarang dimana kuburan beliau Ali bin Abi Thalib yg sebenarnya tidak ada yang tahu. (artikel terpisah saja, panjang soalnya)
Setelah wafatnya Imam Ali, Hassan Ra. demi persatuan umat membaiat Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai khalifah tunggal lalu Hassan memilih tinggal di Madinah.
Orang-orang Syiah sangat marah dengan pilihan ini, apalagi beliau kemudian lebih memilih Madinah daripada Kufah. Ketika beliau meninggalkan Kufah, rahasia di mana makam Sayyidina Ali pun menjadi abadi.
Lalu siapa Imam Syiah ketika itu? … Imam Ali? Bukan … Imam Hassan? juga bukan. lalu? … Setelah perjanjian Muawiyah dan Hassan, anak-cucu Sayyidina Ali menghabiskan waktu untuk mengajar umat dan mereka yang belajar tidak disebut Syiah.
Imam Hassan Ra. kemudian wafat karena diracun, siapa yang meracun? … Orang Syiah yang tidak suka pada keputusanya? … mungkinkah Muawiyah yang baru saja diberinya kekuasaan mutlak?
Setelah wafatnya Imam Hassan Ra. orang-orang Syiah di Kufah kemudian mengklaim Imam Hussein sebagai penerus Imamah. Tapi beliau berbuat seperti ayah dan saudaranya dengan tidak mengindahkan orang-orang Syiah.
Beliau tetap memilih tinggal di Madinah sampai meninggalnya Muawiyah dan naiknya Yazid bin Muawiyah sebagai Khalifah. Beliau tidak ikut membaiat Yazid karena dalam kesepakatan antara Muawiyah dan Hassan. Urusan khalifah harus diserahkan pada musyawarah ummat setelah Muawiyah wafat.
Bujukan Palsu Syiah di Kufah.
Orang-orang Syiah di Kufah yang selama ini tidak mempunyai keturunan Ahlul-Bait untuk menguatkan klaim kebenaran mereka atas ajaran Ahlu-Bait, terus berupaya membujuk Imam Hussein untuk datang ke Kufah. Mereka berjanji palsu siap mati demi membela Imam Hussein.
Para tabiin terkemuka seperti Abdullah bin Umar, Abdurrahman bin Abu Bakr, Abdulllah bin Zubair terus membujuk beliau untuk tinggal di Madinah atau Mekkah mengabaikan Kufah. Karena disana ayah beliau Ali bin Abi Thalib meninggal terbunuh.
Imam Hussein kemudian mengirim sepupunya Muslim bin ‘Aqil untuk menyelidiki keadaan Kufah, lalu beliau melaporkan bahwa keadaan Kufah sangat kondusif.
Ketika Gubernur Kufah yang baru Ubaydillah bin Ziyad memenggal kepala Muslim bin ‘Aqil tak satupun penduduk Kufah yang berusaha memberi tahu bahwa di Kufah telah berganti Gubernur baru yang lalim dan dzalim.
Walhasil, ketika Imam Hussein Ra. berangkat dari Mekkah dia tidak mengetahui bahwa telah terjadi pergantian Gubernur di Kufah.
Imam Hussein berangkat dari Kufah karena memang tidak ada sejengkal pun Tanah Hijjaz yang aman dari kedzaliman tentara Yazid. Hal ini disebabkan karena penduduk Madinah dan Mekkah menolak membaiat Yazid.
Sebelum berangkat Imam Hussein berkata pada Ibnu Abbas:
“Sungguh jika aku terbunuh di tempat demikian dan demikian, tentu lebih aku sukai daripada aku mengorbankan kemuliaan negeri Mekah ini”
Rombongan Imam Hussein ini berjumlah 70 Orang, 30 berkuda dan 40 berjalan kaki bukan dengan maksud berperang.
Di Karbala pada tanggal 2 Muharram 61 H. Ketika itu, Imam Husayn dicegat oleh 1.000 pasukan di bawah komando Hurr ibn Yazid. Tentu sang Imam sangat kaget, karena beliau diminta datang oleh penduduk Kufah untuk menjadi ”Imam”, bukan gubernur apalagi memberontak.
Oleh karenanya beliau meminta kepada Hurr bin Yazid untuk diizinkan kembali ke Madinah saja, agar tidak terjadi fitnah. Tapi permintaan ini ditolak oleh Hurr bin Yazid.
Lalu Gubernur Kufah, Ubaydillah Bin Ziyad menambah jumlah pasukan dengan mengirimkan pasukan dipimpin oleh Umar bin Sa’ad bin Abi Waqqash. Sehingga total ada 10.000 pasukan yang siap memerangi 72 orang.
Sebelum perang terjadi, semua pasukan yang ada di Kufah (Lawan atau Kawan) sholat subuh bermakmum pada Hussein Ra. Lalu beliau berkhutbah sehingga ada beberapa orang di pihak pasukan Umar bin Sa’ad yang membelot termasuk pasukanya Hurr bin Yazid yang akhirnya memilih berpihak pada Hussein.
Sayyidina Hussein Ra Terbunuh.
Riwayat yang paling shahih tentang kepala Husain telah dibawakan oleh Imam al-Bukhâri, nomor 3748:
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنِي حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أُتِيَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ بِرَأْسِ الْحُسَيْنِ فَجُعِلَ فِي طَسْتٍ فَجَعَلَ يَنْكُتُ وَقَالَ فِي حُسْنِهِ شَيْئًا فَقَالَ أَنَسٌ كَانَ أَشْبَهَهُمْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ مَخْضُوبًا بِالْوَسْمَةِ
“Aku diberitahu oleh Muhammad bin Husain bin Ibrâhîm, dia mengatakan; aku diberitahu oleh Husain bin Muhammad, kami diberitahu oleh Jarîr dari Muhammad dari Anas bin Mâlik radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan; ‘Kepala Husain dibawa dan didatangkan kepada ‘Ubaidullah bin Ziyâd. Kepala itu ditaruh di bejana. Lalu ‘Ubaidullah bin Ziyâd menusuk-nusuk (dengan pedangnya) seraya berkomentar sedikit tentang ketampanan Husain. Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan; ‘Diantara Ahlul-Bait, Husain adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Saat itu, Husain radhiyallahu ‘anhu disemir rambutnya dengan wasmah (tumbuhan, sejenis pacar yang condong ke warna hitam).
Lalu ‘Ubaidullah yang durhaka ini kemudian menusuk-nusuk hidung, mulut dan gigi Husain radhiyallahu ‘anhu, padahal disitu ada Anas bin Mâlik, Zaid bin Arqam dan Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu ‘anhuma. Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan; “Singkirkan pedangmu dari mulut itu, karena aku pernah melihat mulut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium mulut itu!” Mendengarnya, orang durhaka ini mengatakan; “Seandainya saya tidak melihatmu sudah tua renta yang akalnya sudah rusak, maka pasti kepalamu saya penggal.”
Dalam riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Hibbân dari Hafshah binti Sirîn dari Anasradhiyallahu ‘anhu dinyatakan:
“Lalu ‘Ubaidullah mulai menusukkan pedangnya ke hidung Husain radhiyallahu ‘anhu.”
Dalam riwayat ath-Thabrâni rahimahullah dari hadits Zaid bin Arqamradhiyallahu ‘anhu:
“Lalu dia mulai menusukkan pedang yang di tangannya ke mata dan hidung Husain radhiyallahu ‘anhu. Aku (Zaid bin Arqam) mengatakan; ‘Angkat pedangmu, sungguh aku pernah melihat mulut Rasulullah (mencium) tempat itu.’”
Demkian juga riwayat yang disampaikan lewat jalur Anas bin Mâlik radhiyallahu ‘anhu:
“Aku (Anas bin Malik) mengatakan kepadanya; ‘Sungguh aku telah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium tempat dimana engkau menaruh pedangmu itu.’ Lalu Ubaidullah mengangkat pedangnya.”
Keadilan telah ditegakkan.
Peristiwa Karbala adalah murni karena “kepengecutan” orang Syiah Kufah. Bahkan setelah peristiwa yang keji demikian, mereka yang sebelumnya berjanji siap melindungi cucu Rasulullah malah diam entah kemana. Tidak satu pun yang berani mengangkat senjata.
Setelah peristiwa Karbala, umat yang marah justru para penduduk Hijjaz, Madinah dan Mekkah. Dibawah Pimpinan Abdullah bin Zubair mereka mengangkat senjata menuntut ditegakkanya qisas.
Yazid kemudian menggerakkan pasukan menuju Madinah lalu terjadilah pembantaian pada penduduk Madinah yang dikenal sebagai perang Harrah.
Setelah itu, Yazid menggerakkan pasukan ke Mekkah untuk juga membantai penduduk Mekkah yang menuntut balas atas kematian Hussein.
Tapi Allah Maha Adil, Yazid tiba-tiba meninggal padahal baru berkuasa sebagai Khalifah 3 tahun.
Demikian juga Ubaydillah Bin Ziyad, nyawanya juga melayang setelah dipenggal dan dibakar.
Baca: Cerita lengkap Pembunuh Imam HUSSEIN Ra
Note: Maaf jika saya menggelari Ubaydillah bin Ziyad dan Yazid Bin Muawiyah laknatullah, karena saya cuma meneladani Umar bin Khattab ketika beliau mengkritik Khalid bin Walid.
0 comments:
Post a Comment