Home » , » ANALISIS KROTO

ANALISIS KROTO

Written By Unknown on Tuesday, July 15, 2014 | 12:03 PM

Tulisan ini disusun berdasarkan pengalaman pribadi penulis dalam budidaya semut rangrang dipadu dengan sumber informasi seperti kesimpulan hasil penelitian oleh instansi resmi maupun perorangan, berbagai buku dan artikel tentang semut rangrang, dan lain-lain sumber informasi yang berhubungan dengan semut rangrang.

Berangkat dari keprihatinan penulis atas mayoritas informasi yang sedikit kurang mendetail perihal semut rangrang yang banyak beredar di dunia maya, maka penulis mencoba menyusun artikel ini guna mengisi ruang informasi yang kosong dan menambah perbendaharaan informasi bagi kawan-kawan pembaca yang tertarik untuk ikut melestarikan semut rangrang dengan cara membudidayakan semut rangrang dengan bijaksana, sehingga akan memdapatkan umpan balik yang positif dari semut rangrang.

Setidaknya sampai penulis mengunggah tulisan ini belum ada sebuah kesimpulan, baik itu hasil penelitian atau sebuah kajian yang menyeluruh tentang standarisasi dalam budidaya semut rangrang yang dapat dijadikan acuan dalam memulai budidaya semut rangrang, baik dari standar lingkungan, bentuk dan dimensi tempat, maupun standar kebutuhan koloni semut rangrang.

Dalam artikel ini penulis mencoba mengajak bersama pembaca untuk membuat standar budidaya semut rangrang berdasarkan analisis atas informasi yang sudah ada melalui sebuah pendekan tertentu.

PERILAKU SEMUT RANGRANG SEBAGAI BAHAN ANALISIS DALAM PERENCANAAN BUDIDAYA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIS

Data-data Terhimpun
                 
      -                       Kemampuan bertelur ratu                          : 240 - 700  butir/hr
     -                         Waktu penetasan telur                               : 16 hr
     -                         Berat rata-rata telur siap menetas            : 0.175 gr
     -                         Berat rata-rata semut dewasa                  : 0.114 gr
     -                         Umur rata-rata semut nonreproduktif       : 63 - 71 hr
     -                         Umur calon ratu siap bertelur                    : 165 hr
     -                         Periode percernaan makanan                  : 5 hr
     -                         Ukuran tubuh semut dewasa                     : ( 10 x 1,5 x 2 ) mm

Analisa Kebutuhan Koloni Semut Rangrang

( Mengacu data diatas kita dapat berasumsi untuk satu buah koloni semut rangrang ) :

Dari satu ratu (bertelur rata-rata 470 butir/hari), akan menetaskan semut  sebanyak 470 ekor/hari yang dimulai pada hari ke-16, terus menerus sampai ratu semut rangrang tidak lagi produktif atau mati. (Kita dapat berasumsi semut yang ditetaskan pada hari ke-16 akan mati pada hari ke-63, dimana angka kematian sama dengan angka tetasan, maka total jumlah semut dalam satu koloni akan tetap dimulai hari ke-63 ), yaitu sebesar :
470 ekor x (63  – 16 ) hr = 22.090 ekor
Terdiri dari semut reproduktif dan semut nonreproduktif.

Nutrisi
Sumber energi semut rangrang didapat dari asupan karbohidrat berupa sukrosa dan fruktosa. Untuk mendapatkan kandungan tersebut kita dapat menggantinya dengan mencampurkan 25 gr gula pasir ke dalam 200 cc air (setara 2 sedok makan gula pasir ke dalam 1 gelas air).

Gula yang terlarut dalam air dan berada di udara bebas akan menjadi media hidup bagi tumbuh-kembang bakteri yang mungkin akan membahayakan koloni semut rangrang, maka sebaiknya kita mengganti setiap 5 hari, apabila masih tersisa.
Selain karbohidrat, semut rangrang membutuhkan protein untuk nutrisi sebesar 1/51 dari berat tubuhnya untuk setiap kali mencerna makanan selama 5 hari dalam sistem percernaannya. 

Untuk mendapatkan kandungan protein dan lemak tersebut kita bisa mendapatkan dari daging maupun kebanyakan jenis serangga yang ada disekitar kita, seperti ulat, belalang, kupu-kupu, dll. Untuk kebutuhan lemak dan protein satu koloni semut rangrang kita dapat berasumsi, sebesar :
( 1/51  X 0,114 gr ) X   22.090 ekor  = 49,4 gr
Ruang Dalam Sarang
Semut rangrang membutuhkan oksigen yang cukup untuk proses pembakaran karbohidrat dalam tubuhnya guna mendapatkan energi, serta oksigen yang cukup untuk pertumbuhan telur dan larva.  Untuk itu koloni membutuhkan sirkulasi udara segar yang cukup di dalam sarang. 

Telur, larva, dan semut dewasa dengan ukuran tubuh (10x1,5x2)mm, untuk keperluan ruangan dengan sirkulasi udara yang cukup,  kita berasumsi setiap cetimeter kubik ( cc ) akan ditempatkan sebanyak 4 ekor semut. Maka volume ruang sarang yang dibutuhkan adalah sebesar :
22.090 ekor X (1cc /4 ekor ) = 5.523 cc

Ruang Gerak Diluar Sarang
Dalam proses budidaya, kita dituntut untuk dapat memanipulasi lingkungan tempat tingal sarang semut rangrang dari habitat asli, menjadi lingkungan buatan sesuai yang kita inginkan. Di alam bebas, semut rangrang menjelajah tiga dimensi ( ruang ) di wilayah sekitar sarang dan akan menandai batas teritori dengan gas cair feromon.  Selain menandai wilayah, feromon juga digunakan semut rangrang untuk saling berkomunikasi antar anggota koloni. Karena feromon bersifat toksin, dalam jumlah tertentu akan dapat mempengaruhi makhluk hidup, bahkan koloni semut rangrang itu sendiri. Jumlah feromon berlebih yang ada di udara sekitar koloni akan mengacaukan sinyal komunikasi semut rangrang dewasa atau membunuh semut rangrang muda.

Dengan sirkulasi udara yang baik ( udara yang masuk akan mendorong udara yang di dalam keluar dan tidak membentuk turbulensi ),  serta ukuran tubuh semut rangrang dewasa, kita berasumsi setiap ekor semut akan membutuhkan 2 centimeter kubik ( cc ) ruang bebas, maka untuk satu koloni akan kita dapatkan nilai :
22.090 ekor x (2 cc / 1 ekor ) = 44.180 cc
Syarat Lingkungan
Semut rangrang akan menhindari sinar matahari langsung yang berlebih. Semut rangrang juga membutuhkan oksigen yang cukup.
 Waktu
Ratu semut rangrang akan bertelur dengan maksimal ketika faktor lingkungan mendukung dan kebutuhan koloni terpenuhi, baik nutrisi, sarang maupun tempat tinggal sarang yang cocok.
Bagi pembaca yang tertarik budidaya semut rangrang dengan tujuan mengambil telur / larva, disarankan untuk mengambil telur  dengan umur antara 13-15 hari dan membiarkan selebihnya tetap berada di sarang, selain alasan telur yang sudah cukup umur akan mencapai berat maksimum juga untuk menjaga stabilitas jumlah koloni.
3 hr  x 470 butir x 0.175 gr  =   246,75 gr
Bagi pembaca yang tertarik budidaya semut rangrang dengan tujuan membuat koloni baru, disarankan tidak mengambil telur yang ada di dalam sarang sampai semut rangrang siap membentuk koloni turunan yang ditandai dengan keluarnya beberapa calon ratu dewasa yang sudah dibuahi dari dalam sarang pada hari ke 165.
Sayangnya sampai hari ini ( setidaknya sampai dengan artikel ini diunggah ) belum ada referensi yang menyimpulkan jumlah pasti calon ratu dewasa yang keluar dari sarang induk dan mampu membentuk koloni baru.
Dari pengamatan yang penulis lakukan di lapangan, menghasilkan informasi awal yang mungkin dapat digunakan sebagai acuan sementara, yaitu setiap satu periode generasi calon ratu ( ± 6 bulan ) dalam sarang induk selalu ada larva calon ratu sebanyak 93 butir. Dari jumlah tersebut tidak semua larva calon ratu akan menetas, dan tumbuh menjadi calon ratu dewasa. Perihal penyebabnya, penulis belum mendapat jawaban rasional yang mampu menngurainya. Untuk itu kita berasama-sama dintutut dapat memperdayakan akal-budi kita dengan maksimal dalam budidaya semut rangrang.      


PERSIAPAN BUDIDAYA

Pembibitan

Semut rangrang adalah hewan yang lazim kita temui di dekat lingkungan tempat tinggal kita, seperti di perkebunan, hutan, atau bahkan halaman rumah. Untuk itu pembibitan adalah bukan hal yang sulit kita dapatkan.

Pembibitan dapat kita lakukan dengan cara mengambil sarang beserta koloni dengan elemen lengkap langsung dari alam yang kita kenal dengan penangkaran (informasi tentang teknik penangkaran yang detail mudah kita dapatkan dengan browsing di internet, dan tidak dibahas dalam artikel ini), atau membeli dari peternak yang menjual bibit semut rangrang.

Terlepas darimana kita mendapatkan bibit semut rangrang tersebut, bibit yang baik adalah kunci utama untuk keberhasilan budidaya. Kriteria bibit baik adalah, koloni sehat, proporsional dalam jumlah masing-masing individu, dan terpenting adalah mutlak ratu semut harus ada. Karena dari ratu semut inilah telur dihasilkan yang kemudian akan memperbesar koloni.

Menentukan Arah Sasaran Budidaya

Sebelum memulai budidaya semut rangrang, terlebih dahulu kita menentukan sasaran akhir dari budidaya yang akan kita lakukan. Sasaran akhir yang penulis maksud disini adalah, jenis budidaya semut rangrang dengan sasaran akhir adalah telur/larva ( kroto ), atau budidaya semut rangrang dengan sasaran akhir adalah koloni baru ( pembibitan

Hal ini sangat penting dilakukan, karena akan menentukan teknik budidaya semut rangrang yang akan kita terapkan dalam pelaksanaannya kemudian, sehingga memberikan hasil yang maksimal.

Desain Optimum Sarang dan Kandang Buatan

Dalam memulai desain, beberapa hal yang harus kita perhatikan adalah, perilaku semut rangrang dalam koloni, efisiensi bentuk, ukuran, maupun kesesuaian bahan-bahan yang kita gunakan agar setiap potongan sisa bahan yang kita gunakan akan dapat dimanfaatkan kembali.

Disini penulis hanya memberikan bentuk desain berdasarkan pengalaman penulis sendiri, yang sudah dioptimalisasi. Bagi kawan-kawan pembaca yang ingin memulai budidaya, bentuk desain yang penulis suguhkan hanya sebatas salah satu pilihan, dan bukan sebuah desain bentuk yang baku. Karena lingkungan dan teknik budidaya yang berbeda akan mempengaruhi desain bentuk media budidaya.

Sarang

Sarang Bahan Kayu ( Triplek )

Kelebihan     
Semut rangrang lebih menyukai sarang dengan bahan dasar dari kayu;
Suhu di dalam sarang  relatif stabil;
Mudah dibentuk;

Kekurangan
Karena bahan tidak transparan, kita akan kesulitan dalam mengontrol semut yang ada di dalam sarang;
Sarang Bahan Plastik ( Toples )

Kelebihan :
Praktis, tersedia berbagai ukuran dan bentuk;
Karena berbahan plastik transparan , maka memudahkan dalam pengontrolan;

Kekurangan :
Memberikan efek suhu ruang sarang yang tidak stabil
Keterangan :
Untuk keperluan pembibitan, ukuran sarang induk yang ditempatkan di rak pembibitan adalah setengah dari ukuran diatas. 


Rak Tempat Sarang

Rak Terbuka

Rak dengan bentuk terbuka memang lebih mudah dan murah dalam proses pembuatanya, akan tetapi memiliki banyak kelemahan, diantarnya, semut akan banyak keluar rak dan bertebaran di sekitar luar rak. Karena rak terbuka harus dikombinasi bersama sarang dengan lubang pintu kecil, maka sering terjadi penumpukan calon ratu di dalam sarang induk dan akan memperlambat perkembangan koloni.
Rak tertutup

Menggunakan dinding jaring penutup.  Memberikan keleluasaan bagi calon ratu untuk dapat bergerak bebas dan memilih sarang yang cocok untuk mengembangkan koloni baru. Selain itu, bentuk rak tertutup akan meminimalisir terbang keluarnya calon ratu dewasa yang sudah dibuahi dari dalam kandang.

Rak Pembibitan   

Karena rak pembibitan ditempatkan pada ruangan terbuka yang teduh diantara tanaman, maka dinding harus tertutup dengan jaring penutup. Bentuk ini mengadopsi habitat alam semut rangrang dengan berbagai perilakunya, yaitu calon akan menempati sarang turunan yang berada dibawah sarang utama/Induk.
Penyusunan 


 
 
sumber: http://indoneservasi.blogspot.com


Share this article :

1 comments:

Bro Comment :

follower facebook

tweet

Polling:

Bagaimana Menurut Anda Blog ini?
Bagus0%
Lumayan0%
Kurang0%
Kurang sekali0%

ads

Isi Blog:

Powered By Blogger

Artikel:

People View

 
Support : http://belajarofficeizzat.blogspot.com | http://tutorbuatblogizzat.blogspot.com | http://aldebaranizzatd.blogspot.com/
Copyright © 2013. Serbaserbi - All Rights Reserved
Template added by Creating Website Publis Blog Mas Template
Proudly powered by Blogger