Tulisan ini
disusun berdasarkan pengalaman pribadi penulis dalam budidaya semut rangrang dipadu
dengan sumber informasi seperti kesimpulan hasil penelitian oleh instansi resmi
maupun perorangan, berbagai buku dan artikel tentang semut rangrang, dan
lain-lain sumber informasi yang berhubungan dengan semut rangrang.
Berangkat dari
keprihatinan penulis atas mayoritas informasi yang sedikit kurang mendetail perihal semut
rangrang yang banyak beredar di dunia maya, maka penulis mencoba menyusun
artikel ini guna mengisi ruang informasi yang kosong dan menambah perbendaharaan informasi bagi kawan-kawan pembaca
yang tertarik untuk ikut melestarikan semut rangrang dengan cara membudidayakan
semut rangrang dengan bijaksana, sehingga akan memdapatkan umpan balik yang positif
dari semut rangrang.
Setidaknya
sampai
penulis mengunggah tulisan ini belum ada sebuah kesimpulan, baik itu
hasil penelitian atau sebuah kajian yang menyeluruh tentang standarisasi
dalam
budidaya semut rangrang yang dapat dijadikan acuan dalam memulai
budidaya semut rangrang, baik dari standar lingkungan, bentuk dan
dimensi
tempat, maupun standar kebutuhan koloni semut rangrang.
Dalam artikel
ini penulis mencoba mengajak bersama pembaca untuk membuat standar budidaya
semut rangrang berdasarkan analisis atas informasi yang sudah ada melalui
sebuah pendekan tertentu.
PERILAKU SEMUT RANGRANG SEBAGAI BAHAN ANALISIS DALAM PERENCANAAN BUDIDAYA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIS
Data-data Terhimpun
- Kemampuan bertelur ratu : 240 - 700 butir/hr
- Waktu penetasan telur : 16 hr
- Berat rata-rata telur siap
menetas :
0.175 gr
- Berat rata-rata semut dewasa : 0.114 gr
- Umur rata-rata semut nonreproduktif : 63 - 71 hr
- Umur calon ratu siap bertelur : 165 hr
- Periode percernaan makanan : 5 hr
- Ukuran tubuh semut dewasa :
( 10 x 1,5 x 2 ) mm
Analisa Kebutuhan Koloni Semut Rangrang
( Mengacu data
diatas kita dapat berasumsi untuk satu buah koloni semut rangrang ) :
Dari satu ratu
(bertelur rata-rata 470 butir/hari), akan menetaskan semut sebanyak 470 ekor/hari yang dimulai pada hari
ke-16, terus menerus sampai ratu semut rangrang tidak lagi produktif atau mati.
(Kita dapat berasumsi semut yang
ditetaskan pada hari ke-16 akan mati pada hari ke-63, dimana angka kematian
sama dengan angka tetasan, maka total jumlah semut dalam satu koloni akan tetap
dimulai hari ke-63 ), yaitu sebesar :
470 ekor x (63 – 16 ) hr =
22.090 ekor
Terdiri dari semut reproduktif dan semut nonreproduktif.
Nutrisi
Sumber
energi semut rangrang didapat dari asupan karbohidrat berupa sukrosa dan
fruktosa. Untuk mendapatkan kandungan tersebut kita dapat menggantinya dengan
mencampurkan 25 gr gula pasir ke dalam 200 cc air (setara 2 sedok makan gula pasir ke dalam 1 gelas air).
Gula
yang terlarut dalam air dan berada di udara bebas akan menjadi media hidup bagi
tumbuh-kembang bakteri yang mungkin akan membahayakan koloni semut rangrang,
maka sebaiknya kita mengganti setiap 5 hari, apabila masih tersisa.
Selain
karbohidrat, semut rangrang membutuhkan protein untuk nutrisi sebesar 1/51 dari
berat tubuhnya untuk setiap kali mencerna makanan selama 5 hari dalam sistem percernaannya.
Untuk mendapatkan kandungan protein dan lemak tersebut kita bisa mendapatkan dari daging maupun kebanyakan jenis serangga yang ada disekitar kita, seperti ulat, belalang, kupu-kupu, dll. Untuk kebutuhan lemak dan protein satu koloni semut rangrang kita dapat berasumsi, sebesar :
Untuk mendapatkan kandungan protein dan lemak tersebut kita bisa mendapatkan dari daging maupun kebanyakan jenis serangga yang ada disekitar kita, seperti ulat, belalang, kupu-kupu, dll. Untuk kebutuhan lemak dan protein satu koloni semut rangrang kita dapat berasumsi, sebesar :
( 1/51
X 0,114 gr ) X 22.090 ekor
= 49,4 gr
Ruang
Dalam Sarang
Semut
rangrang membutuhkan oksigen yang cukup untuk proses pembakaran karbohidrat
dalam tubuhnya guna mendapatkan energi, serta oksigen yang cukup untuk pertumbuhan
telur dan larva. Untuk itu koloni
membutuhkan sirkulasi udara segar yang cukup di dalam sarang.
Telur, larva, dan semut dewasa dengan ukuran tubuh (10x1,5x2)mm, untuk keperluan ruangan dengan sirkulasi udara yang cukup, kita berasumsi setiap cetimeter kubik ( cc ) akan ditempatkan sebanyak 4 ekor semut. Maka volume ruang sarang yang dibutuhkan adalah sebesar :
Telur, larva, dan semut dewasa dengan ukuran tubuh (10x1,5x2)mm, untuk keperluan ruangan dengan sirkulasi udara yang cukup, kita berasumsi setiap cetimeter kubik ( cc ) akan ditempatkan sebanyak 4 ekor semut. Maka volume ruang sarang yang dibutuhkan adalah sebesar :
22.090
ekor X (1cc /4 ekor ) = 5.523 cc
Ruang Gerak Diluar Sarang
Dalam proses budidaya, kita dituntut untuk dapat memanipulasi
lingkungan tempat tingal sarang semut rangrang dari habitat asli, menjadi
lingkungan buatan sesuai yang kita inginkan. Di alam bebas, semut rangrang
menjelajah tiga dimensi ( ruang ) di wilayah sekitar sarang dan akan menandai
batas teritori dengan gas cair feromon. Selain
menandai wilayah, feromon juga digunakan semut rangrang untuk saling
berkomunikasi antar anggota koloni. Karena feromon bersifat toksin, dalam
jumlah tertentu akan dapat mempengaruhi makhluk hidup, bahkan koloni semut
rangrang itu sendiri. Jumlah feromon berlebih yang ada di udara sekitar koloni
akan mengacaukan sinyal komunikasi semut rangrang dewasa atau membunuh semut
rangrang muda.
Dengan sirkulasi udara yang baik ( udara yang masuk akan mendorong udara yang di dalam keluar dan tidak
membentuk turbulensi ), serta ukuran
tubuh semut rangrang dewasa, kita berasumsi setiap ekor semut akan membutuhkan
2 centimeter kubik ( cc ) ruang bebas, maka untuk satu koloni akan kita dapatkan nilai :
22.090 ekor x (2 cc / 1 ekor ) = 44.180 cc
Syarat Lingkungan
Semut
rangrang akan menhindari sinar matahari langsung yang berlebih. Semut rangrang
juga membutuhkan oksigen yang cukup.
Waktu
Ratu
semut rangrang akan bertelur dengan maksimal ketika faktor lingkungan mendukung
dan kebutuhan koloni terpenuhi, baik nutrisi, sarang maupun tempat tinggal
sarang yang cocok.
Bagi
pembaca yang tertarik budidaya semut rangrang dengan tujuan mengambil telur /
larva, disarankan untuk mengambil telur dengan
umur antara 13-15 hari dan membiarkan selebihnya tetap berada di sarang, selain
alasan telur yang sudah cukup umur akan mencapai berat maksimum juga untuk menjaga
stabilitas jumlah koloni.
3 hr x 470 butir x 0.175 gr = 246,75
gr
Bagi
pembaca yang tertarik budidaya semut rangrang dengan tujuan membuat koloni baru,
disarankan tidak mengambil telur yang ada di dalam sarang sampai semut rangrang
siap membentuk koloni turunan yang ditandai dengan keluarnya beberapa calon
ratu dewasa yang sudah dibuahi dari dalam sarang pada hari ke 165.
Sayangnya
sampai hari ini ( setidaknya sampai dengan artikel ini diunggah ) belum ada
referensi yang menyimpulkan jumlah pasti calon ratu dewasa yang keluar dari
sarang induk dan mampu membentuk koloni baru.
Dari
pengamatan yang penulis lakukan di lapangan, menghasilkan informasi awal yang
mungkin dapat digunakan sebagai acuan sementara, yaitu setiap satu periode
generasi calon ratu ( ± 6 bulan ) dalam sarang induk selalu ada larva calon
ratu sebanyak 93 butir. Dari jumlah tersebut tidak semua larva calon ratu akan
menetas, dan tumbuh menjadi calon ratu dewasa. Perihal penyebabnya, penulis
belum mendapat jawaban rasional yang mampu menngurainya. Untuk itu kita berasama-sama
dintutut dapat memperdayakan akal-budi kita dengan maksimal dalam budidaya
semut rangrang.
PERSIAPAN BUDIDAYA
Pembibitan
Semut rangrang
adalah hewan yang lazim kita temui di dekat lingkungan tempat tinggal kita, seperti
di perkebunan, hutan, atau bahkan halaman rumah. Untuk itu pembibitan adalah
bukan hal yang sulit kita dapatkan.
Pembibitan
dapat kita lakukan dengan cara mengambil sarang beserta koloni dengan elemen
lengkap langsung dari alam yang kita kenal dengan penangkaran (informasi
tentang teknik penangkaran yang detail mudah kita dapatkan dengan browsing di
internet, dan tidak dibahas dalam artikel ini), atau membeli dari peternak yang menjual bibit semut rangrang.
Terlepas
darimana kita mendapatkan bibit semut rangrang tersebut, bibit yang baik adalah
kunci utama untuk keberhasilan budidaya. Kriteria bibit baik adalah, koloni
sehat, proporsional dalam jumlah masing-masing individu, dan terpenting adalah
mutlak ratu semut harus ada. Karena dari ratu semut inilah telur dihasilkan
yang kemudian akan memperbesar koloni.
Menentukan Arah Sasaran Budidaya
Sebelum
memulai budidaya semut rangrang, terlebih dahulu kita menentukan sasaran akhir
dari budidaya yang akan kita lakukan. Sasaran akhir yang penulis maksud disini
adalah, jenis budidaya semut rangrang dengan sasaran akhir adalah telur/larva (
kroto ), atau budidaya semut rangrang dengan sasaran akhir adalah koloni baru (
pembibitan
Hal ini sangat
penting dilakukan, karena akan menentukan teknik budidaya semut rangrang yang
akan kita terapkan dalam pelaksanaannya kemudian, sehingga memberikan hasil
yang maksimal.
Desain Optimum Sarang dan Kandang Buatan
Dalam memulai
desain, beberapa hal yang harus kita perhatikan adalah, perilaku semut rangrang
dalam koloni, efisiensi bentuk, ukuran, maupun kesesuaian bahan-bahan yang kita
gunakan agar setiap potongan sisa bahan yang kita gunakan akan dapat
dimanfaatkan kembali.
Disini penulis
hanya memberikan bentuk desain berdasarkan pengalaman penulis sendiri, yang
sudah dioptimalisasi. Bagi kawan-kawan pembaca yang ingin memulai budidaya,
bentuk desain yang penulis suguhkan hanya sebatas salah satu pilihan, dan bukan
sebuah desain bentuk yang baku. Karena lingkungan dan teknik budidaya yang
berbeda akan mempengaruhi desain bentuk media budidaya.
Sarang
Sarang Bahan Kayu ( Triplek )
Kelebihan
Semut rangrang lebih menyukai sarang dengan bahan dasar dari
kayu;
Suhu di dalam sarang relatif stabil;
Mudah dibentuk;
Kekurangan
Karena bahan tidak transparan, kita akan kesulitan dalam
mengontrol semut yang ada di dalam sarang;
Sarang Bahan Plastik ( Toples )
Kelebihan :
Praktis, tersedia berbagai ukuran dan bentuk;
Karena berbahan plastik transparan , maka memudahkan dalam
pengontrolan;
Kekurangan :
Memberikan efek suhu ruang sarang yang tidak stabil
Keterangan :
Untuk keperluan pembibitan, ukuran sarang induk yang ditempatkan di rak pembibitan adalah setengah dari ukuran diatas.
Rak Tempat Sarang
Rak Terbuka
Rak dengan
bentuk terbuka memang lebih mudah dan murah dalam proses pembuatanya, akan
tetapi memiliki banyak kelemahan, diantarnya, semut akan banyak keluar rak dan
bertebaran di sekitar luar rak. Karena rak terbuka harus dikombinasi bersama
sarang dengan lubang pintu kecil, maka sering terjadi penumpukan calon ratu di
dalam sarang induk dan akan memperlambat perkembangan koloni.
Rak tertutup
Menggunakan
dinding jaring penutup. Memberikan keleluasaan bagi calon ratu untuk
dapat bergerak bebas dan memilih sarang yang cocok untuk mengembangkan
koloni baru. Selain itu, bentuk rak tertutup akan meminimalisir terbang
keluarnya calon ratu dewasa yang sudah dibuahi dari dalam kandang.
Rak Pembibitan
Karena rak pembibitan ditempatkan pada ruangan terbuka yang teduh diantara tanaman, maka dinding harus tertutup dengan jaring penutup. Bentuk ini mengadopsi habitat alam semut rangrang dengan berbagai perilakunya, yaitu calon akan menempati sarang turunan yang berada dibawah sarang utama/Induk.
Karena rak pembibitan ditempatkan pada ruangan terbuka yang teduh diantara tanaman, maka dinding harus tertutup dengan jaring penutup. Bentuk ini mengadopsi habitat alam semut rangrang dengan berbagai perilakunya, yaitu calon akan menempati sarang turunan yang berada dibawah sarang utama/Induk.
Penyusunan
sumber: http://indoneservasi.blogspot.com
Sangat bagus sekali penjelasamnya
ReplyDelete