Home » » Keuntungan atau Penghasilan yang berlipat? RIBA?

Keuntungan atau Penghasilan yang berlipat? RIBA?

Written By Unknown on Thursday, April 18, 2013 | 9:11 AM

Keuntungan/penghasilan yang berlipat? RIBA?

Mohon penjelasannya beserta dasar-dasar hukumnya.
 
Jawaban:
 
Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh,
 
Terlebih dahulu kita bahas lebih jelas lagi apa fenomena itu sebenarnya.
Orang beramai-ramai menukarkan uang, atau berdagang uang, karena dilihatnya
disana terdapat keuntungan yang sangat besar, bahkan mungkin kadang-kadang
mendekati 100%. Intinya adalah berlomba-lomba untuk MENDAPAT UNTUNG BESAR.
 
Dalam keadaan ekonomi yang tidak berkembang, menurut logika saya dengan
keuntungan yang besar pasti ada yang dirugikan besar, apakah itu negara atau
orang lain.
 
Fenomena untuk mencari untung besar terseburt, ternyata datangnya dari
orang-orag yang berada bukan dari orang-orang yang kurang berada. Yang sudah
kaya ingin melipat gandakan hartanya, agar kekayaannya berkembang lebih
besar lagi.
 
Memang dalam jual beli Allah tidak melarang, tetapi berjual beli dengan
melipatkan keuntungan sudah termasuk riba:
 
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. (QS. 2:275)
 
Dari ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang sangat
menyukai riba, itu diibaratkan seperti orang yang kemasukan syaitan, dan
orang-orang tersebut berpenyakit gila.
 
Orang-orang tersebut berpendapat bahwa jual beli itu riba, artinya untuk
mendapatkan keuntungan yang besar. Menurut mereka tidak ada bedanya antara
jual beli dan riba, kedua-duanya untuk mencari keuntungan yang besar, jadi
kalau jual beli dibolehkan maka ribapun dibolehkan.
 
Padahal menurut Allah jual beli yang benar bukanlah untuk mencari keuntungan
yang berlipat ganda. Karena setiap jual beli dengan mencari keuntungan yang
besar juga sudah termasuk riba. Jual beli dengan keuntungan besar biasanya
ada tipuan, kita sering mendengar orang di pasar "Modal saya segini, saya
mengambil untung dikitlah", padahal untung yang diambil berlipat ganda.
 
Dari Ibnu 'Umar r.a. katanya "sorang laki-laki mengadu kepada Rasulullah
saw. bahwa dia ditipu orang dalam jual beli. Maka bersabda Rasululah saw,
"Katakan kepada sipenjual jangan menipu" Maka sejak itu, apabila dia
melakukan jual beli, selalu diingatkannya "Jangan menipu" (Muslim).
 
Kebanyakan manusia sangat loba dengan kehidupan dunia:
 
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). (QS. 3:14)
 
Dari ayat tersebut digambarkan bahwa Allah telah memberi naluri kepada
manusia untuk memiliki kecintaan terhadap apa-apa yang diingini, yaitu
pasangan (suami-isteri), anak-anak, harta yang banyak terdiri dari emas,
perak (perhiasan), kendaraan yang bagus (kuda pilihan), binatang ternak
(peliharaan), sawah-ladang (pekerjaan - sumber nafkah). Menurut itu semua
merupakan kesenangan dunia, dan di sisi Allah ada kesenangan yang lebih
baik. Perhatikan ayat berikut:
 
Katakanlah:"Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang
demikian itu". Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi
Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal
di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta
keridhaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. 3:15)
 
Ketakwaan kepada Allah merupakan hal yang jauh lebih baik dari pada
kecintaan kepada duniawi. Berarti kecintaan kepada duniawi dapat
mengakibatkan berkurangnya ketakwaan kepada Allah, lebih jauh:
 
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu
menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah
itu agar mereka berfikir. (QS. 7:176)
 
Manusia yang condong kepada kehidupan duniawi, selalu menurutkan hawa
nafsunya yang rendah. Allah mengumpamakan orang yang rakus terhadap
kehidupan duniawi ibarat anjing.
 
Mudah-mudahan Allah memberi bimbingan kepada kita semua.
 
Wassalam,
 
Ahmad Zubair
KTPDI
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Bro Comment :

follower facebook

tweet

Polling:

Bagaimana Menurut Anda Blog ini?
Bagus0%
Lumayan0%
Kurang0%
Kurang sekali0%

ads

Isi Blog:

Powered By Blogger

Artikel:

People View

 
Support : http://belajarofficeizzat.blogspot.com | http://tutorbuatblogizzat.blogspot.com | http://aldebaranizzatd.blogspot.com/
Copyright © 2013. Serbaserbi - All Rights Reserved
Template added by Creating Website Publis Blog Mas Template
Proudly powered by Blogger