Suatu
sore, senin 12 Sya’ban 1406 H. bertepatan dengan 20 April 1986 M.
sepulang dari rumah kediaman syeikh Jalaluddien Haqqoni, kutulis
kata-kata ini :
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohong
pertolongan, memohon ampunan, serta memohon perlindungan dari kejahatan
jiwa kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi
peunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya.
Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seoarang pun jua yang
bisa memberi petunjuk kepadanya.
Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Ya Allah ! Tiada kemudahan selain yang telah Engkau jadikan mudah, dan jika Engkau berkehendak, niscaya kesedihan akan Engkau jadikan kemudahan.
Kecintaan kepada jihad benar-benar telah melekat pada diri dan hidupku, jiwa dan perasaanku, serta hati dan inderaku.
Ayat-ayat muhkamat dalam surat at taubah yang menerangkan kewajiban jihad dalam Islam, benar-benar telah memeras kesedihan hatiku untuk mencabik-cabik jiwaku dengan duka, sedangkan aku sadar akan kekuranganku dan kekurangan kaum muslimin terhadap kewajiban jihad di jalah Allah ini.
Ayat tentang kewajiban mengangkat pedang telah memansukh (menghapus) lebih kurang 120 atau 140 ayat sebelumnya yang berbicara tentang jihad. Ini benar-benar merupakan bantahan yang telak dan jawaban yang tuntas bagi orang yang mau bermain-main dengan ayat-ayat Allah yang berkenaan dengan perang di jalan Allah. Juga buat orang yang begitu berani mentakwilkan ayat-ayat muhkamat atau berani membelokkan arti dhohir yang qoth’ie baik maksud maupun keabsahannya.
Diantara ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban melaksanakan jihad tersebut adalah :
وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
“ ….. dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa “. (QS. 9:36).
فَإِذَا انْسَلَخَ اْلأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوْهُمْ وَخُذُوْهُمْ وَاحْصُرُوْهُمْ وَاقْعُدُوْا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوْا وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ
وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُمْ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
“ Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyirikin di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (QS. 9:5).
Mencari-cari alasan untuk tidak berjihad dengan alasan yang bermacam-macam akan mengotori jiwa. Maka merelakan diri untuk tidak berjihad fie sabilillah merupakan sendau gurau dan main-main bahkan mempermainkan agama Allah. Padahal kita diperintahkan berpaling mengjauhi orang-orang seperti mereka, sesuai firman Allah :
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
“ Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikabn agama mereka sebagai main main dan sendau gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia “. ( QS. Al An’am : 70).
Sesungguhnya mencari-cari alasan dengan angan-angan tanpa melakukan i’dad adalah kondisi jiwa yang kerdil yang tiada punya semangat merengkuh puncak gunung.
“ Jika semua itu memang jiwa yang besar bersusah payahlah badan karena cita-citanya “.
Duduk-duduk berdampingan di masjidil Harom dan memakmurkannya dengan berbagai amal ibadah tidak mungkin dapat dibandingkan dengan jihad di jalan Allah. Dalam hadits shohih muslim diriwayatkan, ketika para shahabat berselisih pendapat tentang amal yang paling utama sesudah iman, “ Memakmurkan Masjidil Harom (adalah amalan yang paling utama) “.Yang lain berkata, “ Bukan ! Tapi (amalan yang paling utama adalah) memberi minuman orang-orang yang beribadah haji “. Yang lain lagi berkata, “ Bukan ! Tapi jihad di jalan Allah “.
Dengan adanya peristiwa itu maka turunlah ayat 19 hingga 22 surat At Taubah.
أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَآجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللهِ لاَيَسْتَوُونَ عِندَ اللهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ {19} الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللهِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَآئِزُونَ {20} يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمُُ مُّقِيمٌ {21} خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمُُ {22}
“ Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah. Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Rabb mereka mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhoan dan jannah, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalanya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar “. (QS. 9:19-22)
Jadi, jelaslah bahwa jihad di jalan Allah itu lebih besar derajat dan pahalanya dibanding memakmurkan Masjidil Harom, khususnya kalau dilihat dari sebab turunnya ayat, yaitu adanya perselisihan pendapat di antara para shahabat seputar masalah ini.
Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat ini tidak boleh dikhususkan untuk masalah lain, atau dita’wilkan (dipahami dengan arti jihad yang lain, umpamanya jihad melawan hawa nafsu – pent.) sebab di dalam nash tersebut sudah terdapat makna yang qoth’i.
Dan semoga Alloh merahmati Abdulloh ibnul Mubarok. Suatu ketika beliau berkirim surat kepada Al Fudzail bin ‘Iyadl, ia berkata :
Tahukah anda pendapat seorang yang ahli fiqih, ahli hadits dan
sekaligus mujahid ini (yaitu Abdullah bin Mubarok) tentang orang yang
duduk-duduk bersanding di Masjid Harom, beribadah di dalamnya, sedang
saat-saat yang sama tempat-tempat suci Islam dihancurkan, darah kaum
muslimin ditumpahkan, kehormatan mereka diinjak-injak dan dihinakan
serta Agama Allah dicabut sampai akar-akarnya ! Saya katakan bahwa
beliau berpendapat, “…. Itu adalah bermain-main dengan Agama Allah …..
“.
Benar, membiarkan kaum mulimin dibantai, dibunuh dengan semena-mena – disuatu negeri nun jauh di sana – sedangkan kita hanya membaca Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un dan Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Adzim sambil membuka telapak tangan kita dari jarak jauh tanpa terdetik di hati kita untuk tampil membela mereka, sungguh ini adalah bermain-main dengan agama Allah serta mengumpatkan kedustaan dan kebekuan hati serta menipu diri sendiri.
Saya berpendapat – seperti yang telah saya tuliskan dalam kitab Ad
Difa’ ‘An Arodhil Muslimin ahammu Furudhul a’yan (Terj. Membela Bumi
Kaum Muslimin Adalah Fardhu Ain yang Paling Utama)- Dan sebelum saya
berpendapat seperti ini Ibnu Taimiyah telah berpendapat seperti ini.
Beliau mengatakan bahwa jika musuh menyerang dan membinasakan seluruh
urusan Dien dan dunia, maka tidak ada saat itu yang paling wajib setelah
iman selain melawan mereka.
Saya berpendapat – sekarang ini – tidak ada bedanya antara orang yang meninggalkan jihad dengan orang yang meninggalkan sholat, puasa dan zakat ?
Saya berpendapat semua penghuni dunia memikul tanggung jawab di hadapan Allah kemudia dihadapan sejarah.
Saya berpendapat tidak ada alasan yang bisa diterima untuk meninggalkan jihad, baik alasan berda’wah, sibuk mengarang, sibuk mendidik dan sebagainya.
Saya berpendapat di atas leher setiap muslim di dunia ini sekarang ini terikat beban dan tanggung jawab disebabkan mereka meninggalkan jihad (perang di jalan Alloh). Dan semua orang Islam telah memikul dosa karena enggan memanggul senjata.
Jadi, setiap orang yang berjumpa dengan Alloh – selain ulid dzhoror – sedangkan tidak ada senjata ditangannya, ia berjumpa Alloh dengan menanggung dosa karena dia meninggalkan perang. Karena hukum perang sekarang ini adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim di muka bumi – selain orang-orang yang mempunyai udzur- . Sedangkan orang yang meninggalkan kewajiban itu berdosa karena kewajiban itu definisinya adalah perbuatan yang pelakunya mendapat pahala dan orang yang meninggalkannya akan dihisab atau berdosa.
Sesungguhnya saya berpendapat – wallohu a’lam – sesungguhnya orang yang dimaafkan Alloh dalam meninggalkan jihad adalah orang buta, orang pincang, orang sakit dan orang-orang lemah dari kalangan laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak bisa berupaya dan tidak tahu jalan. Maksudnya tidak bisa berpindah ke medan perang dan tidak tahu jalan menuju ke sana. Maka berdosalah orang-orang yang meninggalkan tugas perang, baik di Palestina atau Afghanistan atau di belahan bumi manapun yang diinjak dan dinodai oleh orang-orang kafir dengan najisnya.
Dan saya berpendapat pada hari ini tidak diperlukan lagi ijin kepada siapapun untuk berperang atau berjihad di jalan Allah tidak perlu ijin orang tua bagi anaknya, suami bagi istrinya, atau orang yang menghutangi bagi orang yang berhutang, guru bagi muridnya, serta ijin pemimpin bagi yang dipimpinnya.
Ini adalah ijma’ seluruh ulama di segala zaman. Bahwa dalam keadaan seperti ini seorang anak pergi berperang tanpa ijin orang tuanya dan seorang perempuan pergi berperang tanpa ijin suaminya, barangsiapa berusaha mencari-cari kesalahan dalam permasalahan ini benar-benar ia telah melampaui batas dan berbuat zalim, serta mengikuti hawa nafsu tanpa berdasarkan petunjuk dari Allah.
Masalah ini sudah cukup gamblang dan tegas yang di dalamnya tiada lagi kekaburan atau kerancuan. Karena itu tidak ada peluang bagi siapa pun untuk membelokkan, menyelewengkan, atau bermain-main dengannya dan menta’wilkannya.
Sesungguhnya amiirul mu’minin tidak dimintai ijin untuk berjihad dalam tiga keadaan :
1. Bila ia menihilkan jihad
2. Bila ia menutup perijinan untuk berjihad
3. Bila sebelumnya kita telah ketahui bahwa ia akan menolak permohonan ijin.
Saya berpendapat bahwa kaum muslimin pada hari ini bertanggung jawab atas setiap kehormatan yang dinodai di Afghanstan dan sertiap darah yang tercucur di sana. Sesungguhnya – wallohu a’lam – mereka semuanya berperan dalam menumpahkan darah di Afghanistan sebab mereka kurang memperhatikan, sedangkan kaum muslimin mampu mengirim senjata untuk membela mereka, atau dokter untuk mengobati mereka, atau harta untuk membeli makanan atau buldoser untuk menggalikan parit perlindungan bagi mereka.
Dalam Hasyiyah Ad Dasyuki As Syarkhil Kabir halaman 111 – 112 juz II diterangkan :
“ Orang yang memiliki kelebihan makanan dan melihat seseorang kelaparan (tapi) ditinggalakan sampai mati, kalau orang yag memiliki makanan itu mengira orang yang kelaparan itu tidak mati, maka ia harus mambayar diyatnya (denda) dari harta kerabatnya. Dan kalau sengaja membiarkan mati maka ada dua riwayat dalam madzhab (pertama) dia harus membayar diyat dari hartanya sendiri, dan (pendapat kedua) dia harus diqishos mati, karena dia (hakikatnya) adalah pembunuh “.
Maka, hisab dan siksa macam apakah yang sedang dinanti oleh orang-orang yang memiliki kekayaan dan harta benda, lalu ia salurkan harta tersebut untuk bersenang-senang dan membelanjakan sia-sia hanya demi menuruti hawa nafsu dan kemewahan itu ?
WAHAI KAUM MUSLIMIN
Hidup kalian adalah jihad, kemuliaan kalian adalah jihad, serta wujud dan eksistensi kalian terikat erat dengan jihad.
WAHAI PARA JURU DAKWAH !
Tiada arti dan nilai hidup kalian jika kalian tidak mengayunkan pedang untuk membabat kesuburan para thoghut, kaum kuffar dan para penindas.
Sesungguhnya orang-orang yang mengira bahwa Islam ini bisa menang tanpa jihad dan perang, tanpa pertumpahan darah dan serpihan-serpihan daging mereka, sebenarnya mereka itu dalam kekaburan dan tidak mengerti tabiat naluri Dinul Islam.
Wibawa para juru dakwah, kekuatan dakwah dan kejayaan kaum muslimin tidak bakal terwujud tanpa perang.
Rosulullah shollAllahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ قُلُوبِ أَعْدَاءِكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ قَالُوا وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. وَفِي رِوَايَةٍ كَرَاهِيَةُ الْقِتَالِ
“ Dan benar-benar Allah akan mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan melemparkan penyakit wahn ke dalam hati kalian ! para shahabat bertanya : Apakah penyakit wahn itu ya Rosul Allah ! beliau menjawab : “ Cinta dunia dan benci dengan kematian “. Dalam riwayat lain, “ benci dengan peperangan “.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَسَى اللهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاللهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَاَشَدُّ تَنْكِيْلاً
“ Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya) “. (QS. 4:84).
Kemusyrikanpun akan merajalela dan berjaya jika tidak ada perang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَتَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ للهِ
“ Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah ”. (QS. Al Anfal : 39).
Dan yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah kemusyrikan.
Sesungguhnya jihad merupakan jaminan satu-satunya bagi kebaikan di permukaan bumi ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ اْلأَرْضُ
“ Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini ”. (QS. Al Baqoroh : 251).
Sesungguhnya jihad juga merupakan jaminan satu-atunya guna memelihara syi’ar-syi’ar dan tempat-tempat peribadahan :
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدَ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللهِ كَثِيرًا
“ Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah ”. (QS. Al Haj : 40).
Janganlah kalian sampai tertipu dengan kitab-kitab yang kalian baca, dan dengan ibadah-ibadah sunnah yang kalian tekuni. Kesibukan kalian dalam urusan-urusan kecil yang membuai hati jangan sampai melupakan kalian dari masalah-masalah yang besar dan agung,
وتودون أن غير ذات الشوكة تكون لكم…
…dan kalian menginginkan bahwa yang tanpa senjatalah yang akan kalian hadapi…
Janganlah kalian mentaati siapapun dalam urusan jihad. Tidak perlu ijin dari komandan untuk pergi berjihad. Sesungguhnya jihad itu adalah penegak dakwah kalian dan benteng agama kalian serta perisai syari’at-syari’at kalian.
Sesungguhnya wibawa para juru dakwah, kekuatan dakwah dan kejayaan kaum muslimin itu tidak bakal terwujud tanpa perang. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Sesungguhnya kemusyrikan itu akan merajalela dan berjaya jika tidak ada perang. Alloh Subhanahu wa Ta’alaberfirman :
Dan yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah kemusyrikan.
Sesungguhnya jihad itu merupakan jaminan satu-satunya bagi kebaikan di permukaan bumi ini. AllohSubhanahu wa Ta’ala berfirman :
Sesungguhnya jihad juga merupakan jaminan satu-atunya guna memelihara syi’ar-syi’ar dan tempat-tempat peribadahan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
WAHAI PARA JURU DAKWAH ISLAM !
Kejarlah kematian, nisacaya kalian akan dikaruniai kehidupan. Janganlah kalian terpedaya oleh angan-angan, dan janganlah tertipu oleh apapun dalam mentaati Alloh. Janganlah kalian tertipu dengan buku-buku yang kalian baca, dan dengan ibadah-ibadah sunnah yang kalian tekuni. Kesibukan kalian dalam urusan-urusan kecil yang membuai hati jangan sampai melupakan kalian dari masalah-masalah yang besar dan agung,
Janganlah kalian mentaati siapapun dalam urusan jihad. Tidak perlu ijin dari komandan untuk pergi berjihad. Sesungguhnya jihad itu adalah penegak dakwah kalian dan benteng agama kalian serta perisai syari’at-syari’at kalian.
WAHAI ULAMA ISLAM !
Majulah kalian untuk memimpin generasi yang sedang kembali kepada jalan Robbnya ini. Janganlah mundur dan jangan gandrung serta cinta kepada dunia. Jauhilah hidangan-hidangan dari thoghut, karena hal itu akan menjadikan hati kalian gelap dan mati, serta akan menjadi dinding pemisah bagi kalian dari generasi ini, serta penutup antara hati kalian dan hati mereka.
WAHAI KAUM MUSLIMIN !
Telah lama tidur kalian. Burung-burung pipit telah menjelma menjadi burung-burung Elang di bumi kalian. Alangkah indahnya makna bait-bait puisi ini :
-Abdullah Azzam-
______________________________________________________________________________
Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Ya Allah ! Tiada kemudahan selain yang telah Engkau jadikan mudah, dan jika Engkau berkehendak, niscaya kesedihan akan Engkau jadikan kemudahan.
Kecintaan kepada jihad benar-benar telah melekat pada diri dan hidupku, jiwa dan perasaanku, serta hati dan inderaku.
Ayat-ayat muhkamat dalam surat at taubah yang menerangkan kewajiban jihad dalam Islam, benar-benar telah memeras kesedihan hatiku untuk mencabik-cabik jiwaku dengan duka, sedangkan aku sadar akan kekuranganku dan kekurangan kaum muslimin terhadap kewajiban jihad di jalah Allah ini.
Ayat tentang kewajiban mengangkat pedang telah memansukh (menghapus) lebih kurang 120 atau 140 ayat sebelumnya yang berbicara tentang jihad. Ini benar-benar merupakan bantahan yang telak dan jawaban yang tuntas bagi orang yang mau bermain-main dengan ayat-ayat Allah yang berkenaan dengan perang di jalan Allah. Juga buat orang yang begitu berani mentakwilkan ayat-ayat muhkamat atau berani membelokkan arti dhohir yang qoth’ie baik maksud maupun keabsahannya.
Diantara ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban melaksanakan jihad tersebut adalah :
وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
“ ….. dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa “. (QS. 9:36).
فَإِذَا انْسَلَخَ اْلأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوْهُمْ وَخُذُوْهُمْ وَاحْصُرُوْهُمْ وَاقْعُدُوْا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوْا وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ
وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُمْ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
“ Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyirikin di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (QS. 9:5).
Mencari-cari alasan untuk tidak berjihad dengan alasan yang bermacam-macam akan mengotori jiwa. Maka merelakan diri untuk tidak berjihad fie sabilillah merupakan sendau gurau dan main-main bahkan mempermainkan agama Allah. Padahal kita diperintahkan berpaling mengjauhi orang-orang seperti mereka, sesuai firman Allah :
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
“ Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikabn agama mereka sebagai main main dan sendau gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia “. ( QS. Al An’am : 70).
Sesungguhnya mencari-cari alasan dengan angan-angan tanpa melakukan i’dad adalah kondisi jiwa yang kerdil yang tiada punya semangat merengkuh puncak gunung.
“ Jika semua itu memang jiwa yang besar bersusah payahlah badan karena cita-citanya “.
Duduk-duduk berdampingan di masjidil Harom dan memakmurkannya dengan berbagai amal ibadah tidak mungkin dapat dibandingkan dengan jihad di jalan Allah. Dalam hadits shohih muslim diriwayatkan, ketika para shahabat berselisih pendapat tentang amal yang paling utama sesudah iman, “ Memakmurkan Masjidil Harom (adalah amalan yang paling utama) “.Yang lain berkata, “ Bukan ! Tapi (amalan yang paling utama adalah) memberi minuman orang-orang yang beribadah haji “. Yang lain lagi berkata, “ Bukan ! Tapi jihad di jalan Allah “.
Dengan adanya peristiwa itu maka turunlah ayat 19 hingga 22 surat At Taubah.
أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَآجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللهِ لاَيَسْتَوُونَ عِندَ اللهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ {19} الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللهِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَآئِزُونَ {20} يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمُُ مُّقِيمٌ {21} خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمُُ {22}
“ Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah. Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Rabb mereka mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhoan dan jannah, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalanya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar “. (QS. 9:19-22)
Jadi, jelaslah bahwa jihad di jalan Allah itu lebih besar derajat dan pahalanya dibanding memakmurkan Masjidil Harom, khususnya kalau dilihat dari sebab turunnya ayat, yaitu adanya perselisihan pendapat di antara para shahabat seputar masalah ini.
Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat ini tidak boleh dikhususkan untuk masalah lain, atau dita’wilkan (dipahami dengan arti jihad yang lain, umpamanya jihad melawan hawa nafsu – pent.) sebab di dalam nash tersebut sudah terdapat makna yang qoth’i.
Dan semoga Alloh merahmati Abdulloh ibnul Mubarok. Suatu ketika beliau berkirim surat kepada Al Fudzail bin ‘Iyadl, ia berkata :
“ Wahai orang yang beribadah di Masjid
Haromain Seandainya engaku mengerti keadaan kami tentu engkau tahu
bahwa Engkau bermain-main dengan ibadah itu Kalau orang pipinya
dilinangi genang air mata Maka pangkal leher kami dilumuri darah yag
tertumpah “
Benar, membiarkan kaum mulimin dibantai, dibunuh dengan semena-mena – disuatu negeri nun jauh di sana – sedangkan kita hanya membaca Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un dan Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Adzim sambil membuka telapak tangan kita dari jarak jauh tanpa terdetik di hati kita untuk tampil membela mereka, sungguh ini adalah bermain-main dengan agama Allah serta mengumpatkan kedustaan dan kebekuan hati serta menipu diri sendiri.
“ Bagaimana tetap tinggal diam, dan bagaimana hati seorang muslim tetap tenangsedang kaum muslimat bersama musuh yang kejam “.
Saya berpendapat – sekarang ini – tidak ada bedanya antara orang yang meninggalkan jihad dengan orang yang meninggalkan sholat, puasa dan zakat ?
Saya berpendapat semua penghuni dunia memikul tanggung jawab di hadapan Allah kemudia dihadapan sejarah.
Saya berpendapat tidak ada alasan yang bisa diterima untuk meninggalkan jihad, baik alasan berda’wah, sibuk mengarang, sibuk mendidik dan sebagainya.
Saya berpendapat di atas leher setiap muslim di dunia ini sekarang ini terikat beban dan tanggung jawab disebabkan mereka meninggalkan jihad (perang di jalan Alloh). Dan semua orang Islam telah memikul dosa karena enggan memanggul senjata.
Jadi, setiap orang yang berjumpa dengan Alloh – selain ulid dzhoror – sedangkan tidak ada senjata ditangannya, ia berjumpa Alloh dengan menanggung dosa karena dia meninggalkan perang. Karena hukum perang sekarang ini adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim di muka bumi – selain orang-orang yang mempunyai udzur- . Sedangkan orang yang meninggalkan kewajiban itu berdosa karena kewajiban itu definisinya adalah perbuatan yang pelakunya mendapat pahala dan orang yang meninggalkannya akan dihisab atau berdosa.
Sesungguhnya saya berpendapat – wallohu a’lam – sesungguhnya orang yang dimaafkan Alloh dalam meninggalkan jihad adalah orang buta, orang pincang, orang sakit dan orang-orang lemah dari kalangan laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak bisa berupaya dan tidak tahu jalan. Maksudnya tidak bisa berpindah ke medan perang dan tidak tahu jalan menuju ke sana. Maka berdosalah orang-orang yang meninggalkan tugas perang, baik di Palestina atau Afghanistan atau di belahan bumi manapun yang diinjak dan dinodai oleh orang-orang kafir dengan najisnya.
Dan saya berpendapat pada hari ini tidak diperlukan lagi ijin kepada siapapun untuk berperang atau berjihad di jalan Allah tidak perlu ijin orang tua bagi anaknya, suami bagi istrinya, atau orang yang menghutangi bagi orang yang berhutang, guru bagi muridnya, serta ijin pemimpin bagi yang dipimpinnya.
Ini adalah ijma’ seluruh ulama di segala zaman. Bahwa dalam keadaan seperti ini seorang anak pergi berperang tanpa ijin orang tuanya dan seorang perempuan pergi berperang tanpa ijin suaminya, barangsiapa berusaha mencari-cari kesalahan dalam permasalahan ini benar-benar ia telah melampaui batas dan berbuat zalim, serta mengikuti hawa nafsu tanpa berdasarkan petunjuk dari Allah.
Masalah ini sudah cukup gamblang dan tegas yang di dalamnya tiada lagi kekaburan atau kerancuan. Karena itu tidak ada peluang bagi siapa pun untuk membelokkan, menyelewengkan, atau bermain-main dengannya dan menta’wilkannya.
Sesungguhnya amiirul mu’minin tidak dimintai ijin untuk berjihad dalam tiga keadaan :
1. Bila ia menihilkan jihad
2. Bila ia menutup perijinan untuk berjihad
3. Bila sebelumnya kita telah ketahui bahwa ia akan menolak permohonan ijin.
Saya berpendapat bahwa kaum muslimin pada hari ini bertanggung jawab atas setiap kehormatan yang dinodai di Afghanstan dan sertiap darah yang tercucur di sana. Sesungguhnya – wallohu a’lam – mereka semuanya berperan dalam menumpahkan darah di Afghanistan sebab mereka kurang memperhatikan, sedangkan kaum muslimin mampu mengirim senjata untuk membela mereka, atau dokter untuk mengobati mereka, atau harta untuk membeli makanan atau buldoser untuk menggalikan parit perlindungan bagi mereka.
Dalam Hasyiyah Ad Dasyuki As Syarkhil Kabir halaman 111 – 112 juz II diterangkan :
“ Orang yang memiliki kelebihan makanan dan melihat seseorang kelaparan (tapi) ditinggalakan sampai mati, kalau orang yag memiliki makanan itu mengira orang yang kelaparan itu tidak mati, maka ia harus mambayar diyatnya (denda) dari harta kerabatnya. Dan kalau sengaja membiarkan mati maka ada dua riwayat dalam madzhab (pertama) dia harus membayar diyat dari hartanya sendiri, dan (pendapat kedua) dia harus diqishos mati, karena dia (hakikatnya) adalah pembunuh “.
Maka, hisab dan siksa macam apakah yang sedang dinanti oleh orang-orang yang memiliki kekayaan dan harta benda, lalu ia salurkan harta tersebut untuk bersenang-senang dan membelanjakan sia-sia hanya demi menuruti hawa nafsu dan kemewahan itu ?
WAHAI KAUM MUSLIMIN
Hidup kalian adalah jihad, kemuliaan kalian adalah jihad, serta wujud dan eksistensi kalian terikat erat dengan jihad.
WAHAI PARA JURU DAKWAH !
Tiada arti dan nilai hidup kalian jika kalian tidak mengayunkan pedang untuk membabat kesuburan para thoghut, kaum kuffar dan para penindas.
Sesungguhnya orang-orang yang mengira bahwa Islam ini bisa menang tanpa jihad dan perang, tanpa pertumpahan darah dan serpihan-serpihan daging mereka, sebenarnya mereka itu dalam kekaburan dan tidak mengerti tabiat naluri Dinul Islam.
Wibawa para juru dakwah, kekuatan dakwah dan kejayaan kaum muslimin tidak bakal terwujud tanpa perang.
Rosulullah shollAllahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ قُلُوبِ أَعْدَاءِكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ قَالُوا وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. وَفِي رِوَايَةٍ كَرَاهِيَةُ الْقِتَالِ
“ Dan benar-benar Allah akan mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan melemparkan penyakit wahn ke dalam hati kalian ! para shahabat bertanya : Apakah penyakit wahn itu ya Rosul Allah ! beliau menjawab : “ Cinta dunia dan benci dengan kematian “. Dalam riwayat lain, “ benci dengan peperangan “.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَسَى اللهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاللهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَاَشَدُّ تَنْكِيْلاً
“ Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya) “. (QS. 4:84).
Kemusyrikanpun akan merajalela dan berjaya jika tidak ada perang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَتَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ للهِ
“ Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah ”. (QS. Al Anfal : 39).
Dan yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah kemusyrikan.
Sesungguhnya jihad merupakan jaminan satu-satunya bagi kebaikan di permukaan bumi ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ اْلأَرْضُ
“ Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini ”. (QS. Al Baqoroh : 251).
Sesungguhnya jihad juga merupakan jaminan satu-atunya guna memelihara syi’ar-syi’ar dan tempat-tempat peribadahan :
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدَ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللهِ كَثِيرًا
“ Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah ”. (QS. Al Haj : 40).
Janganlah kalian sampai tertipu dengan kitab-kitab yang kalian baca, dan dengan ibadah-ibadah sunnah yang kalian tekuni. Kesibukan kalian dalam urusan-urusan kecil yang membuai hati jangan sampai melupakan kalian dari masalah-masalah yang besar dan agung,
وتودون أن غير ذات الشوكة تكون لكم…
…dan kalian menginginkan bahwa yang tanpa senjatalah yang akan kalian hadapi…
Janganlah kalian mentaati siapapun dalam urusan jihad. Tidak perlu ijin dari komandan untuk pergi berjihad. Sesungguhnya jihad itu adalah penegak dakwah kalian dan benteng agama kalian serta perisai syari’at-syari’at kalian.
Sesungguhnya wibawa para juru dakwah, kekuatan dakwah dan kejayaan kaum muslimin itu tidak bakal terwujud tanpa perang. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ قُلُوبِ أَعْدَاءِكُمُ
الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ
قَالُوا وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا
وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. وَفِي رِوَايَةٍ كَرَاهِيَةُ الْقِتَالِ
“Dan benar-benar Alloh akan mencabut rasa takut dari musuh-musuh
kalian, dan melemparkan penyakit wahn ke dalam hati kalian! para
shahabat bertanya: Apakah penyakit wahn itu ya Rosul Alloh! beliau menjawab: “Cinta dunia dan benci dengan kematian “. Dalam riwayat lain, “ …benci dengan peperangan “.Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ
وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَسَى اللهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْا وَاللهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَاَشَدُّ تَنْكِيْلاً
“Maka berperanglah kamu pada jalan Alloh, tidaklah kamu dibebani
melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para
mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Alloh menolak serangan
orang-orang yang kafir itu. Alloh amat besar kekuatan dan amat keras
siksaan(Nya) “. (QS. An Nisa’ [4]:84).Sesungguhnya kemusyrikan itu akan merajalela dan berjaya jika tidak ada perang. Alloh Subhanahu wa Ta’alaberfirman :
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَتَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ للهِ
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Alloh.” (QS. Al Anfal: 39).Dan yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah kemusyrikan.
Sesungguhnya jihad itu merupakan jaminan satu-satunya bagi kebaikan di permukaan bumi ini. AllohSubhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ اْلأَرْضُ
“ Seandainya Alloh tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia
dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini ”. (QS. Al Baqoroh:
251).Sesungguhnya jihad juga merupakan jaminan satu-atunya guna memelihara syi’ar-syi’ar dan tempat-tempat peribadahan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ
لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدَ يُذْكَرُ فِيهَا
اسْمُ اللهِ كَثِيرًا
“ Dan sekiranya Alloh tiada menolak (keganasan) sebagian manusia
dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara
Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan
masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Alloh ”. (QS. Al
Haj: 40).WAHAI PARA JURU DAKWAH ISLAM !
Kejarlah kematian, nisacaya kalian akan dikaruniai kehidupan. Janganlah kalian terpedaya oleh angan-angan, dan janganlah tertipu oleh apapun dalam mentaati Alloh. Janganlah kalian tertipu dengan buku-buku yang kalian baca, dan dengan ibadah-ibadah sunnah yang kalian tekuni. Kesibukan kalian dalam urusan-urusan kecil yang membuai hati jangan sampai melupakan kalian dari masalah-masalah yang besar dan agung,
وتودون أن غير ذات الشوكة تكون لكم…
…dan kalian menginginkan bahwa yang tanpa senjatalah yang akan kalian hadapi…Janganlah kalian mentaati siapapun dalam urusan jihad. Tidak perlu ijin dari komandan untuk pergi berjihad. Sesungguhnya jihad itu adalah penegak dakwah kalian dan benteng agama kalian serta perisai syari’at-syari’at kalian.
WAHAI ULAMA ISLAM !
Majulah kalian untuk memimpin generasi yang sedang kembali kepada jalan Robbnya ini. Janganlah mundur dan jangan gandrung serta cinta kepada dunia. Jauhilah hidangan-hidangan dari thoghut, karena hal itu akan menjadikan hati kalian gelap dan mati, serta akan menjadi dinding pemisah bagi kalian dari generasi ini, serta penutup antara hati kalian dan hati mereka.
WAHAI KAUM MUSLIMIN !
Telah lama tidur kalian. Burung-burung pipit telah menjelma menjadi burung-burung Elang di bumi kalian. Alangkah indahnya makna bait-bait puisi ini :
“ Kian panjang tidur terlena dalam
kehinaan dimanakah gerangan barisan singa itu sementara burung-burung
pipit telah menjelma menjadi Elang sedangkan kita terbelenggu bagai
budak belenggu budak itu berupa buhul nestapa bukannya rantai dari
besi lalu, kapan kita berontak belenggu itu ? kapan kita berontak
belenggu itu?!
______________________________________________________________________________
Wahai Orang-Orang Munafik
Orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya
berpenyakit akan berkata, “Apakah kalian mengira bahwa keinginan kalian
akan terwujud? Apakah kalian mengira bahwa khilafah Islamiyah
(pemerintahan Islam) akan tegak kembali? Tidak mungkin, mustahil! Hal
itu lebih mendekati khayalan daripada kenyataan! Apakah Amerika, Rusia,
Eropa dan Israel akan membiarkannya? Sedangkan mereka adalah musuh yang
paling getol menyerang Islam dan Negara Islam!”
Mereka akan menambahkan, “Kalian hanya mengusahakan fatamorgana. Kalian tertipu oleh dien kalian!”
Jika mereka telah mengatakan hal itu, ingatlah firman Allah ‘azza wa jalla:
“(ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang mempunyai penyakit di dalam hatinya berkata, ‘mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya’, (Allah berfirman), ‘Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana’” (Al Anfal: 49)
“(ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang mempunyai penyakit di dalam hatinya berkata, ‘mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya’, (Allah berfirman), ‘Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana’” (Al Anfal: 49)
Katakan pada mereka, “Khilafah Islamiyah akan kembali meskipun seberat dan sebesar apa pun tantangannya.”
Katakan kepada mereka bahwa tegaknya khilafah Islamiyah adalah perkara
yang tak dapat diragukan lagi, meski itu memakan waktu. Sesungguhnya
pertolongan Allah pasti tiba.
Katakan pada mereka, “Allah benar-benar akan menaklukan Roma bagi kaum
muslimin sebagaimana dijanjikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang
shahih, seperti halnya Konstantinopel pernah ditaklukan.”
Katakan pada mereka bahwa, “Harapan kami kepada pertolongan dari Allah
lebih jauh lagi. Kami ingin Allah menaklukan Kremlin dan Gedung Putih.
Sebab bersama kami ada janjiNya,
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoiNya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku…” (An Nuur: 55)
Kapan itu akan terwujud? Itu bukan urusan kami.Pun Allah tidak membebani
kami dengan hal itu. Allah hanya membebani kami dengan mengamalkan
dien, membela syariat, menghabiskan seluruh waktu untuk itu, dan
mengerahkan segenap kemampuan. Sedangkan perkara hasil, itu terserah
kepada Allah ‘azza wa jalla.”
Tugasmu adalah hanya menabur benih bukan menuai hasil dan Allah adalah sebaik-baik Penolong bagi orang-orang yang berusaha.
Katakanlah kepada mereka kata-kata Ya’qub ‘alaihi sallam setelah ia
kehilangan dua anaknya; Yusuf dan Bin-yamin, “Dan ketika rombongan telah
sampai kepadanya (Ya’qub), berkatalah ia (Ya’qub) kepada mereka,
sesungguhnya aku telah menemukan Yusuf” (Yusuf: 94)
Katakan kepada mereka,”Meski beban dan ujian berat menerpa, namun
sesungguhnya kami dapat merasakan hawa kemenangan, pertolongan,
kejayaan, dan hawa kembalinya Khilafah Islamiyah (pemerintahan Islam),
jika kalian tidak menyembunyikannya.”
Banyak orang akan berkata, “Kalian masih saja dalam kesesatan kalian yang dulu-dulu.”
Sungguh, kepada para shahabat sepulang mereka dari
perang Uhud orang-orang munafik berkata, “Kembalilah kepada agama nenek
moyang kalian!”
Kalimat-kalimat ini senantiasa akan diucapkan oleh
orang-orang munafik kepada ahlul iman (orang mukmin) kapan pun dan di
mana pun saat para aktifis ditimpa musibah atau terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan atau saat mereka ditangkap untuk dipenjara, disiksa,
dibunuh, atau dianiaya.
Saat itu mereka akan berkata, “Sudahlah, tinggalkan idealisme kalian!
Kembalilah! Sesungguhnya agama inilah yang menyebabkan kalian merasakan
musibah ini. Agama ini pulalah yang memupus masa depan kalian,
melemparkan kalian dalam gelapnya rumah tahanan, dan mengasingkan kalian
di negeri ini, Tinggalkanlah semua yang telah mendatangkan musibah ini!
Raihlah keselamatan dan kebahagiaan”
Jika mereka mengatakan itu, katakanlah kepada mereka;
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman…” (Al Hajj: 38)
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang menolong (agama)-Nya…” (Al Hajj: 40)
“Mengapa kami tidak bertawakkal kepada Allah, padahal Dia menunjukkan jalan kepada kami” (Ibrahim: 12)
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman…” (Al Hajj: 38)
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang menolong (agama)-Nya…” (Al Hajj: 40)
“Mengapa kami tidak bertawakkal kepada Allah, padahal Dia menunjukkan jalan kepada kami” (Ibrahim: 12)
“Sesungguhnya kami mengada-adakan kebohongan besar kepada Allah, jika
kami kembali kepada agamamu sesudah Allah melepas kami daripadanya. Dan
tidaklah patut kami kembali padanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami,
menghendaki(nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada
Allah sajalah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara
kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan
yang sebaik-baiknya.” (Al A’raf: 89)
Orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit akan
mengulang kata-kata orang-orang munafik tentang ashhaburraji’
(orang-orang yang kembali pulang, tidak berperang) yang dikhianati oleh
orang-orang musyrik yang membunuh mereka semuanya.
Hari itu orang-orang munafik berkata, “Celakalah mereka, orang-orang
yang sesat, orang-orang yang binasa dengan cara seperti itu! Mereka
tiada berkumpul bersama keluarga mereka, tidak juga menunaikan risalah
sahabatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam).”
Kalimat seperti ini akan dilontarkan kepada kalian manakala ada sebagian
ikhwah yang terbunuh, dipenjara, atau diusir. Saat itu orang-orang yang
hatinya berpenyakit akan berkata, “Mereka itu tiada duduk dan selamat,
tiada pula mempu menghilangkan kemungkaran dan kenistaan.”
Mereka akan berkata lagi, “Mereka itu tiada duduk
dan selamat, memperhatikan masa depan dan kelayakan hidup mereka, tiada
pula menegakkan khilafah Islam (pemerintahan Islam).”
Jika kalian mendengar ungkapan ini, ingatlah bahwa Al Qur’an telah mengungkapkan tentang orang yang mengatakannya;
“Dan sebagian manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (al Baqarah: 204)
“Dan sebagian manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (al Baqarah: 204)
Deskripsi al Qur’an ini tidak hanya berlaku untuk orang yang telah
mengatakannya pada zaman Nabi saja, tetapi juga berlaku bagi semua
pengikutnya dan orang-orang yang mengucapkan kata-katanya sepanjang
zaman, di mana pun mereka berada.
Jika kalian mendengar ucapan itu, katakan kepada mereka, “Tujuan kami
adalah menegakkan dien. Menegakkan daulah adalah wasilah (perantara)
dari sekian wasilah untuk menegakkan dien dan mewujudkan tegaknya dien,
Tidak mungkin kami mengorbankan tujuan utama demi mendapatkan
wasilahnya.”
Khadijah binti Khuwailid radliyallahu ‘anha pernah menghibur Rasulullah
shalallahu ‘alihi wa sallam, “Bergembiralah, demi Allah, Allah tidak
akan menghinakanmu selamanya.”
Kami sampaikan kepada seluruh aktifis Islam yang mengikhlaskan amalnya
hanya kepada Allah, “Selama kalian berada di atas kebenaran,
bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan kalian
selama-lamanya! Yang kalian lakukan adalah menjalin silaturrahim,
membela syariat, memperjuangkan kemuliaan, memerangi kejahatan,
berdakwah ilallah (ke jalan Allah) dengan bashirah (mata hati), beramar
makruf nahi munkar, melaksanakan qiyamullail, mengerjakan shiyam sunnah,
dst.”
Jika kalian mendengar ucapan-ucapan di atas, ingatlah nenek moyang orang-orang munafik itu. Allah berfirman;
“Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, ‘Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh’, katakanlah, ‘Tolaklah kematian itu dari dirimu jika kamu orang-orang yang benar. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi TuhanNya dengan mendapatkan rezeki.”(Ali ‘Imran: 168-169)
“Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, ‘Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh’, katakanlah, ‘Tolaklah kematian itu dari dirimu jika kamu orang-orang yang benar. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi TuhanNya dengan mendapatkan rezeki.”(Ali ‘Imran: 168-169)
Dan dikatakaan kepada mereka, “Sesungguhnya Waraqah bin Naufal, seorang
yang telah lanjut usia, pernah melewati Bilal bin Rabah saat mereka
menyiksanya. Saat Bilal terus mengulang-ngulang kalimaat, “Ahad…Ahad…”,
dengan keteguhan gunung-gemunung, Waraqah berkata, “Ahad…Ahad, Demi
Allah, bertahanlah wahai Bilal! Sungguh, jika kalian membunuhnya
sementara ia mengucapkan kalimat itu, aku bersumpah akan menjadikannya
sebagai orang yang paling aku rindukan.”
Perhatikanlah pemahaman yang mendalam ini. Pemahaman terhadap Islam dari
seorang yang telah tua renta dan hanya mendapati sedikit saja ayat-ayat
al Qur’an dan habits-hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sebelum
akhirnya ia menemui ajal. Adalah bening hati, ikhlas dan kemurniannya
dari hawa nafsu dan kemunafikan yang ada pada dirinya.
Di kutip dari Ummu Fathin
0 comments:
Post a Comment